PLAGIARISME

Plagiarisme semakin marak dewasa ini. Tetapi, sepertinya, karena tidak menimbulkan gejolak pada seluruh lapisan masyarakat seperti halnya korupsi, maka tidak begitu dipermasalahkan. Hampir tidak ada kerisihan untuk mengambil karya-karya orang lain begitu saja lalu dipublikasi seperti karyanya sendiri. Tahun ini adalah tahun saya menyadari terpaan plagiarisme. Setelah peristiwa yang saya singgung dalam artikel tentang “Jadilah Penulis yang Santun”, saya dikejutkan oleh terbitnya sebuah buku baru, yang ternyata berasal dari naskah hasil karya saya sebagai penulis utama bersama seorang kolega. Tanpa rasa malu sang kolega diam-diam menerbitkan naskah itu sebagai karyanya sendiri, dengan mencantumkan namanya sendiri, dan, oleh karenanya, tidak menyampaikan sepatah ucapan terima kasih pun. Bahkan dalam Kata Pengantar— yang menunjukkan keaslian bahasanya, yang jelas berbeda dari bahasa dalam buku— tanpa malu-malu sang kolega meminta pembaca untuk memberikan usul dan saran untuk menyempurnakan buku itu. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana suara hatinya berbicara ketika menulis Kata Pengantar itu dan mengirimkan naskahnya ke penerbit.

Selain itu saya juga menemukan artikel-artikel saya di Molansio, diposting di blog lain tanpa disertakan sumbernya. Artikel seperti Demokrasi, Emas, dan Kemiskinan, atau puisi Nyanyian Lembata dan lain-lain diposting begitu saja seolah-olah hasil karyanya sendiri. Menyedihkan. Itu tak etis. Tidak ada kebanggaan sedikit pun yang tersirat di dalamnya. Kebanggaan mestinya selalu berkaitan dengan originalitas dan kesejatian. Menampilkan sesuatu yang imitatif sebagai asli itu penipuan yang tidak nyaman untuk dibanggakan. Bagaimana bisa membangun kebanggaan dalam kepalsuan. Tetapi herannya ada orang, tanpa rasa terganggu, mengkapling tulisan orang lain dan membanggakannya sebagai karyanya sendiri.  Hati seperti apa yang bisa menumbuhkan kebanggaan semacam itu?

Plagiarisme adalah penipuan. Dan penipuan hanya menghasilkan penipuan diri yang tak bisa ditutupi karena diri kita sendiri akan menyertai kita di tempat yang paling tersembunyi sekali pun. Orang bisa saja menipu seluruh dunia, tetapi tak pernah bisa menipu dirinya sendiri.

Teknologi tanpa budaya

Plagiarisme sepertinya tidak dianggap memalukan lagi di negeri ini. Pesatnya perkembangan teknologi seolah-olah membuat plagiarisme menjadi lebih mudah dan marak, dan karenanya tidak dipermasalahkan lagi. Orang bisa langsung melakukan copy dan paste tanpa harus mengetik ulang. Mudah sekali.

Tetapi kemajuan teknologi yang mempermudah kerja ini, seharusnya tidak otomatis mempermudah orang melakukan plagiarisme. Setiap teknologi yang dikembangkan selalu disertai dengan budaya teknologi di belakangnya. Teknologi yang tidak didukung oleh budaya justru bakal merusak. Budaya sebenarnya menjadi benteng pengaman di belakang teknologi internet yang membuat orang semakin mudah mengambil tulisan orang lain.  Maka pengambilan dan pemanfaatan teknologi apa pun harus disertai dengan pengambilan dan pemanfaatan budayanya. Teknologi yang bebas dari budaya akan juga sama cepat menjadi bumerang yang menghancurkan.

Betapa kita sudah mengalami banyak masalah ketika kita hanya mengambil teknologi mobil tanpa mengambil budaya di belakangnya. Akibatnya jalanan kita jadi macet, lalu lintas menjadi tanpa aturan, kecelakaan bertambah banyak, dan awas kalau menyenggol di jalanan; mobil bisa dibakar dan Anda bisa babak belur dihajar massa.

Biasa, tidak masalah

Memperhatikan plagiarisme dalam blog-blog, saya kira itu dilakukan karena ketidak-tahuan. Saya khawatir bahwa orang tidak tahu bahwa plagiarisme itu tidak etis. Saya khawatir bahwa budaya nyontek dan maraknya plagiarisme  dalam membuat skripsi telah menyebabkan hal ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Lalu hal biasa yang buruk itu,  ironisnya, bisa dianggap budaya. Pada hal budaya adalah sesuatu yang baik. Itu berarti hal buruk yang telah menjadi hal biasa itu telah dianggap sebagai hal baik. Bahkan orang-orang yang melihat dan mengetahuinya juga tidak merasa telah terjadi hal yang luar biasa. Walaupun saya menemukan tulisan-tulisan di blog saya diambil orang untuk diposting di blognya tanpa menyebutkan sumbernya, tidak ada satu pun komentar di blog ini yang mengabarkan bahwa artikel tertentu telah diambil orang.

Mungkin itu tadi. Sudah dianggap sebagai hal biasa yang tidak perlu dipersoalkan. Heboh plagiarisme yang terjadi di Bandung tahun 2010 dan di Riau 2011 yang melibatkan guru besar, tidak cukup membuka mata bahwa plagiarisme itu memalukan. Tetapi budaya malu pun  sepertinya sudah tidak lagi menjadi bagian dari moralitas kehidupan di negeri ini, apa lagi budaya rasa bersalah yang tidak ditunjang langsung oleh penegakan supremasi hukum. Pelanggaran hukum yang nyata-nyata bisa dikontrol secara eksternal saja tidak membuat orang merasa malu, apa lagi melanggar etika dan moralitas yang lebih mengandalkan suara hati dan pengontrolan internal.

Lahirnya ide baru

Tuntutan agar tidak melanggar plagiarisme sebenarnya tidak berlebihan. Yang penting adalah kejujuran mengakui karya orang lain. Kalau disimak, sebenarnya teknologi mengutip sumber, tidak lebih sulit dari mengutip artikelnya. Sama-sama copy dan paste. Tetapi mengapa gerangan mengutip artikel yang panjang itu bisa dilakukan, tetapi mengutip sumber yang singkat sulit dilakukan? Ini hanya bisa dijawab oleh pelaku plagiarisme.

Ada yang beranggapan bahwa yang penting bahwa ide yang baik itu harus disebar-luaskan. Betul, tetapi lebih bermartabat kalau maksud luhur itu dilakukan secara etis. Tindakan yang bermartabat ini akan menjadi latihan yang baik untuk mengembangkan diri kita menjadi pribadi yang jujur dan terpadu.

Dan perlu disadari juga bahwa dalam dunia pemikiran, yang penting bukan hanya penyebaran ide-ide bagus yang ada, melainkan juga lahirnya ide-ide bagus yang baru. Seandainya tidak mengutip, misalnya, maka orang juga akan terdorong untuk melahirkan ide-ide baru yang lebih kreatif. Dengan demikian kita diperkaya oleh ide-ide baru dan tidak mandek pada ide-ide yang ada saja. Di sini terjadilah perkembangan dalam pemikiran. Kemajuan dan perubahan hanya terjadi kalau orang berpikir kreatif dan bukan hanya mengutip apa lagi menyontek ide yang sama. Fungsi dari mengutip karya orang lain adalah untuk mendapatkan inspirasi dan melahirkan ide-ide baru yang otentik, dan bukannya mengkaplingnya menjadi karya sendiri. Maka Jadilah pemikir otentik dan jangan mempermalukan diri sendiri sebagai plagiator.

Benyamin Molan Amuntoda

4 thoughts on “PLAGIARISME

  1. Terima kasih yang sangat berlimpah khususnya para generasi muda penerus bangsa untuk anak2 tercinta siswa/siswi SMP Loon Dolor Leuwayang yang telah meraih prestasi gemilang dimana telah mewakili Lembata dengan meraih Juara I tingkat Kab. di NTT dan terlebih lagi telah membawa citra baru bagi NTT dan Lembata dengan meraih Juara I Tingkat Nasional di Bidang Kebudayaan Daerah di mana Lolon Dolor telah mencetus penghargaan bagi lewo tanah kita. Semoga semboyan ini ” Lolon Dolor tetap Dolor” walaupun Leu Auq tee penuh dengan bebatuan tetapi Lolon Dolor telah memupuk leu auq tee menjadi subur dan tetap terkenang hari ini dan selamanya… Terima kasih anak-anaku yang kucintai. kamulah yang terbaik dari generasi kedang masa kini, maju terus jangan putus harapan ( Anak Vin Apeworen) sekolah terus jangan malas belajar. dari Lukas Leu Apeworen Kep. Tata Usaha Fak. Hukum Universitas Atma Jaya Makassar

    • Khusus untuk Bapak Guru Fransiskus Paya Apelabi, terima kasih atas perjuangan anda yang telah membawa terang bagi SMP Lolon Dolor Leuwayang, kamulah yang dijuluki salah satu Budayawan terbaik masa kini. semoga lewat perjuangan anda maka kebudayaan Uyelewun dapat menjadi aset pariwisata untuk Kab. Lembata. saya sangat berbangga dengan buah karya anda dan semoga Pemerintah Kab. Lembata yang saat ini dipimpin oleh Yance Sunur dapat memberikan perhatian bagi anak-anak kita khusus para penari terbaik yang telah mengharumkan nama Kab. Lembata. Perjuangkanlah anak didik anda agar mereka dapat memperoleh beasiswa dari Pemda untuk meneruskan pendidikan mereka hingga sampai ke Tingkat Pendidikan Tinggi. Akhir kata atas nama Keluarga besar Kerukunan Uyelewun di Makassar mengucapkan Selamat Hari Raya Natal 2011 dan Bahagia Tahun Baru 2012. Tuhan memberkati usaha dan Karya kita semua

  2. lolon dolor itu aneh, unik dan sangat berbeda dengan sekolah-sekolah menengah pertama baik swasta maupun negri. salah satu sekolah yg masih meneruskan nilai kebudayaan kedang walaupun dihimpitan arus globalisasi. saya jugatermasuk alumni sekolah ini. sangat luar biasa, tetap jaya almamaterku lolon dolor tercinta.. berikanlah yg terbaik untuk banhsa dan negara ini. paskalis boloawaq.

    • Selamat amo Paskalis Boloawaq, telah membanggakan almamatermu. Lolondolor telah melakukan hal besar karena mengambil langkah yang tepat. Di tengah gemerlapnya globalisasi, Lolondolor mampu melihat permata yang ada dalam budayanya sendiri. Permata inilah yang digosok secara otentik dari dalam dan menampilkan identitas yang unik dan membanggakan. Identitas dan kebanggaan adalah bagian dari motivasi untuk belajar dan berkembang. Ini sesungguhnya bagian dari membangun karakter yang banyak diwacanakan tetapi membingungkan ketika mau dilaksanakan. Belajar tidak harus dilakukan dengan duduk di kelas mendengarkan pelajaran dan mengkerutkan dahi sampai pulang. Belajar harus dilakukan dengan senang hati. Belajar harus dilakukan dengan menari dan tabuhan gong. Semoga langkah yang tepat ini terus dikembangkan dan menjadi icon-nya Lolondolor. Hidup Lolondolor.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.